Minggu, 09 Januari 2011

BENCANA DAN PENYELEWENGAN

Akhir-akhir ini banyak sekali terjadi bencana, baik murni bencana alam maupun bencana yang diakibatkan oleh kesalahan tangan manusia sendiri. Bencana alam memang bukanlah sesuatu yang datang tanpa sebab. Bencana alam terjadi karena ada perubahan signifikan terhadap kondisi geologi bumi dan perubahan iklim. Di Indonesia sendiri, gempa dan tsunami Aceh merupakan salah satu bencana terbesar yang terekam oleh sejarah hidup manusia modern.
Setelah itu, Indonesia bahkan seperti sarang bencana yang terus menerus mengguncang mental penduduk Indonesia. Sebut saja gempa dan tsunami Nias, gempa Jogja, gempa Sumatera, dan lain-lain yang terus menerus menyelubungi wilayah Indonesia yang kemudian akrab dengan sebutan negara cincin api. Hingga yang terakhir yaitu gempa dan tsunami Mentawai di Sumatera, banjir bandang Wasior di Papua, dan letusan gunung Merapi di Jogja/Jateng. Bencana-bencana itu lebih disebabkan oleh faktor alam. Namun, dalam Islam atau lebih spesifiknya dalam kaitannya dengan agama (Bahkan agama-agama lain) semua bencana itu dianggap sebagai murka Tuhan. Bencana merupakan puncak toleransi Allah SWT terhadap makhluknya (manusia) karena dinilai perbuatan manusia sudah diambang batas kehancuran moral.
Apapun sudut pandang mengenai hal ihwal terjadinya bencana itu, sudah sepatutnya-lah untuk menjadikan bahan pembelajaran untuk kita, manusia yang masih hidup karena elamat dari bencana. Dari sudut agama, jadikanlah bencana ini sebagai bahan instropeksi diri untuk membenahi kesalahan-kesalahan kita kepada Allah SWT di masa lampau dan segeralah bertaubat agar bencana tak lagi diturunkan karena murka-Nya.
Dari sudut sosial, yaitu hubungan manusia dengan manusia. Yang sedang dilanda bencana diharapkan agar tak berhenti bersabar dan berserah diri kepada Allah SWT. Sementara sebagian yang lain yang tidak tertimpa musibah, hendaknya ikut prihatin dengan nasib saudara-saudara kita yang sedang berjuang melawan efek bencana. Membantu meringankan beban mereka adalah hal nyata yang dapat dilakukan baik berupa bantuan material dan spiritual.
Namun, tak dapat dipungkiri di tengah-tengah depresi para korban bencana, ada beberapa kalangan yang mencoba memanipulasi keadaan dengan membawa rencana-rencana individual maupun terorganisasi dengan kedok bantuan bencana alam. Lebih jelasnya, bantuan tersebut tidaklah murni 100% atas nama bantuan. Tetapi ada kepentingan lain yang lebih diutamakan. Bagaimana tidak, bayangkan jika modus bantuan itu sudah dipolitisasi dengan embel-embel bendera partai, nama seseorang,bahkan memajang foto. Lebih mengejutkan jika memakai nama agama. Sebenarnya sah-sah saja hal itu dilakukan asal tidak ada politisasi yang memanfaatkan kesempatan dalam kesempitan. Di tengah traumatis dan depresi tinggi masyarakat korban bencana sangat membutuhkan perlindungan orang yang lebih kuat. Inilah salah satu jalan untuk menaruh simpati oleh oknum-oknum yang tidak bertanggung jawab.
Di sini, kita sebagai umat muslim, tentu saja akan muncul kekhawatiran jika bencana ini dimanfaatkan oleh kalangan tertentu untuk mencuri perhatian yang merambah ke hal-hal yang bersifat asasi, yaitu aqidah.
Sebagai umat islam hal yang paling mendasar dalam kehidupan adalah asas aqidah islamiyah. Aqidah islamiyah adalah pokok keimanan manusia kepada Allah SWT. Tentu saja ini akan menjadi bencana yang lebih dari bencana alam sebagai akibat dari penyelewengan aqidah.
Oknum-oknum tertentu dengan berkedok agama menyebarkan misi pemurtadan masal. Misi-misi ini gencar dilancarkan oleh misionaris tidak dengan dakwah-dakwah tentang kebaikan ajaran mereka, atau janji-janji surga mereka. Justru mereka cukup berdakwah dengan bingkisan-bingkisan logistik yang dapat menyambung hidup para korban bencana. Disaat-saat kondisi batin yang labil itulah kesempatan para oknum yang tak bertanggungjawab melancarkan aksinya. Para korban yang tanpa dasar iman yang kuat bisa saja terjerumus kepada penyelewengan aqidah yang begitu murahnya ditukar dengan bingkisan bantuan logistik. Mereka mungkin tidak sempat berfikir bahwa jalan pintas itu justru akan menyesatkannya di kehidupan yang akan datang.
Inilah penyelewengan aqidah yang nyata, yang menjadi bencana yang sebenarnya.  Allah menurunkan bencana atas nama murka dan ujian. Murka karena manusia melakukan penyelewengan aqidah yang sudah tak dapat ditoleransi dan sekaligus sebagai ujian untuk menguji kualitas keimanan manusia. Menjadi ingkar atau justru bertambah tebal imannya.
Memberantas kemusyrikan adalah tugas utama para Rasul dan para pewarisnyapada setiap zaman. Tidak diragukan lagi bahwa kemusyrikan yang bermunculan dalam masyarakat muslim merupakan lapangan jihad para pewaris Nabi. Maka sangat penting bagi setiap da’i untuk mencurahkan segala upaya demi menyelamatkan aqidah islamiyah dari bencana kemusyrikan.
Memberantas kemusyrikan adalah tugas suci yang dilakukan oleh para Rasul. Kita wajib mengikuti jejak langkah kaki mereka dengan cara yang mereka contohkan. Yaitu melalui tabligh, ta’lim, tarbiyah, dan program-program lain secara berkesinambungan. Kita yang muda, ayo semangat!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

Friends