Parade 1000 Ketupat 2011. Hari Rabu, 7 September 2011, sekitar pukul 10.00 Polisi sudah tampak menyisir jalan utama untuk memberi ruang perjalanan Pak Bupati Kudus menuju kompleks makam Sunan Muria. Setelah melakukan penyisiran dan pengosongan jalan akhirnya pada pukul 10.50, rombongan dinas dari Kabupaten Kudus yang membawa Bupati Kudus pun datang dengan kawalan polisi. Ini adalah kali kelima
prosesi Parade Seribu Ketupat Kangjeng Sunan Muria ini digelar di sepanjang jalan
menuju ke kompleks makam dan masjid Sunan Muria di Desa Colo, Kecamatan
Dawe, Rabu (7/9)
Antusiasme
masyarakat juga sangat luar biasa. Sepanjang jalan dipadati oleh masyarakat yang
penasaran akan acara tersebut. Baik dari masyarakat sekitar maupun masyarakat luar daerah dan para peziarah umumnya. Kontan aja, kawasan wisata itu menjadi macet.
Seperti tahun-tahun sebelumnya, prosesi itu dimulai pukul 07.00. Arak-arakan kupat yang diangkut oleh 150 orang bergegas berangkat dari Balai Desa Colo. Parade Seribu Kupat terdiri atas tiga gunungan kupat besar dikawal para warga yang memerankan murid Sunan Kudus.
Dari sini rombongan menuju ke sebuah tajug (rumah beratap tumpuk) di kawasan masjid dan makam Sunan Muria. Setelah sampai, kupat-kupat tersebut didoakan. Kemudian tumpeng seribu kupat dikirab turun menuju ke Taman Ria dengan melalui jalan pegunungan yang terjal dan berliku. Rombongan parade pun menuruni jalan sepanjang satu kilometer itu dengan hati-hati.
Melalui perjalanan yang berat, akhirnya tibalah tumpeng ketupat tersebut di Taman Ria Colo dengan disambut meriah oleh warga yang sudah menanti sejak pagi.
Bupati Kudus Musthofa secara simbolis memotong tumpeng kupat dan memberikan kepada Kepala Desa Colo Ir DF Chaerul Falah, Ketua Yayasan Masjid dan Makam Sunan Muria M Shokib, serta Muspida dan tokoh masyarakat.
Membawa Berkah
Panitia kirab kemudian mempersilakan ribuan anggota masyarakat dan
pengunjung merangsek berebut kupat yang dipercaya membawa berkah.
Beberapa warga berhasil membawa ketupat-ketupat tersebut. Iseng-iseng nanya sok jadi wartawan, ternyata salah satu pengunjung itu bernama
Suripah (52) dan Yani (46), keduanya warga Desa Nganguk, Kecamatan Kota
Kudus. Katanya si seneng dan seru dengan diadakannya acara senmacam ini.
Selain acara bagi-bagi ketupat, ada acara hiburan lagi yaitu Organ Tunggal Dangdut. Tentu saja menambah suasana semakin ramai.
Kepala Desa Colo, Kecamatan Dawe Kudus Ir DF Chaerul Falah di sela-sela
acara tersebut mengemukakan, cara ini bertujuan untuk menumbuhkembangkan
kesadaran masyarakat akan pentingya suatu budaya kupatan yang sudah ada
sejak dahulu. Selain itu, tradisi ini dapat meningkatkan potensi paket wisata lokal di desa Colo khususnya, dan di Kabupaten Kudus pada umumnya
Dia juga mengungkapkan makna kupat (ngaku lepat atau mengaku salah)
dalam momen yang bernuansakan Idul Fitri untuk saling bermaaf-maaafan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar