
Peristiwa
9/11 menyimpan misteri yang tidak terduga. Pemboman itu dikutuk dunia,
terlebih Amerika, sebagai biadab dan barbar buah tangan para “teroris
Islam.” Setelah peristiwa itu, kaum Muslimin di Amerika terutama imigran
asal Timur Tengah merasakan getahnya mengalami kondisi psiokologis yang
sangat berat: dicurigai, diteror, diserang, dilecehkan dan
diasosiasikan dengan teroris. Hal yang sama dialami oleh kaum Muslim di
Inggris, Perancis, Jerman dan negara-negara Eropa lainnya.
Pemerintah George Walker Bush segera mengetatkan aturan imigrasi dan
mengawasi kaum imigran Muslim secara berlebihan. Siaran televisi Fox
News Channel, dalam acara mingguan “In Focus” menggelar diskusi dengan
mengundang enam orang nara sumber, bertemakan ”Stop All Muslim
Immigration to Protect America and Economy.” Acara ini menggambarkan
kekhawatiran Amerika tidak hanya dalam masalah terorisme tetapi juga
ekonomi dimana pengaruh para pengusaha Arab dan Timur Tengah mulai
dominan dan mengendalikan ekonomi Amerika.
________________________________
Sangat banyak masyarakat Amerika tak
percaya peristiwa 9/11 dilakukan oleh orang-orang Muslim. Fakta-fakta
ilmiah telah mementahkan bahwa keruntuhan gedung kembar itu benar-benar
oleh pesawat, melainkan oleh rencana peruntuhan gedung oleh bom yang
sangat rapih oleh Yahudi Amerika. Yang sangat ironis dan mudah terbaca,
gedung kembar tinggi itu ditabrak pesawat di atas, tapi runtuhnya ambruk
rapih ke bawah (bukan terguling) yang menunjukkan bom sudah dipasangi
dengan rapih di tiap lantai. Selain itu, kerangka baja gedung WTC yang
sangat tinggi dan kokoh tidak akan membuatnya runtuh ditabrak pesawat,
kecuali pesawat yang ukurannya minimal 5 kali lipat gedung itu.
Tapi, rupanya Islam berkembang dengan caranya sendiri. Islam mematahkan
“logika akal sehat” manusia modern. Bagaimana mungkin sekelompok orang
nekat berbuat biadab membunuh banyak orang tidak berdosa dengan
mengatasnamakan agama, tetapi tidak lama setelah peristiwa itu, justru
ribuan orang berbondong-bondong menyatakan diri masuk agama tersebut dan
menemukan kedamaian didalamnya? 9/11 telah berfungsi menjadi ikon yang
memproduksi arus sejarah yang tidak logis dan mengherankan. Selain
20.000 orang Amerika masuk Islam setiap tahun setelah peristiwa itu,
ribuan yang lain dari negara-negara non Amerika (Eropa, Cina, Korea,
Jepang dst) juga mengambil keputusan yang sama masuk Islam. Bagaimana
arus ini bisa dijelaskan? Sejauh saya ketahui, jawabannya “tidak ada”
dalam teori-teori gerakan sosial karena fenomena ini sebuah anomali.
Maka, gejala ini hanya bisa dijelaskan oleh “teori tangan Tuhan.”
Inilah perkataan Allah yang Maha Benar sudah diwahyukan ribuan tahun yang lalu :
“Idza ja-a nashrullahi wal fathu,
wara aytannas sayad khuluna fi dinillahi afwaja..”
(An-Nashr: 1-2)
(Ketika datang pertolongan Allah dan kemenangan,
dan kamu akan melihat manusia masuk ke dalam agama Allah
dengan berbondong-bondong…”.
Tangan Tuhan dalam bentuk
blessing in disguise (hikmah tak
terduga) adalah nyata dibalik peristiwa 9/11 dan ini diakui oleh
masyarakat Islam Amerika. Karena peristiwa 9/11 yang sangat mengerikan
itu dituduhkan kepada Islam, berbagai lapisan masyarakat Amerika justru
kemudian terundang kuriositasnya untuk mengetahui Islam lebih jauh.
Sebagian karena murni semata-mata ingin mengetahui saja, sebagian lagi
mempelajari dengan sebuah pertanyaan dibenaknya: “bagaimana mungkin
dalam zaman modern dan beradab ini agama mengajarkan teror, kekerasan
dan
suicide bombing dengan ratusan korban tidak berdosa?” Tapi keduanya berbasis pada hal yang sama:
ignorance of Islam
(ketidaktahuan sama sekali tentang Islam). Sebelumnya, sumber
pengetahuan masyarakat Barat (Amerika dan Eropa) tentang Islam hanya
satu yaitu media yang menggambarkan Islam tidak lain kecuali
stereotip-stereotip buruk seperti teroris,
uncivilized, kejam terhadap perempuan dan sejenisnya.
Sejumlah data yang dikomposisikan oleh
Demented Vision (2007),
dari sebuah observasi di Amerika Serikat tentang perkembangan jumlah
pemeluk agama-agama dunia menarik untuk dicermati. Dari data observasi
itu, terdapat angka-angka yang menunjukkan perbandingan pertumbuhan
penganut Islam dan Kristen di dunia. Lembaga itu mencatat, pada tahun
1900, jumlah pemeluk Kristen adalah 26,9% dari total penduduk dunia,
sementara pemeluk Islam hanya 12,4%. 80 tahun kemudian (1980), angka itu
berubah. Penganut Kristen bertambah 3,1% menjadi 30%, dan Muslim
bertambah 4,1% menjadi 16,5% dari seluruh penduduk bumi.
Pada pergantian milenium kedua, yaitu 20 tahun kemudian (2000),
jumlah itu berubah lagi tapi terjadi perbedaan yang menarik. Kristen
menurun 0,1% menjadi 29,9% dan Muslim naik lagi menjadi 19,2%. Pada
tahun 2025, angka itu diproyeksikan akan berubah menjadi: penduduk
Kristen 25% (turun 4,9%) dan Muslim akan menjadi 30% (naik pesat 10,8%)
mengejar jumlah penganut Kristen. Bila diambil rata-rata, Islam
bertambah pemeluknya 2,9% pertahun. Pertumbuhan ini lebih cepat
dibandingkan dengan pertumbuhan jumlah penduduk bumi sendiri yang hanya
2,3% pertahun. 17 tahun lagi dari sekarang, bila pertumbuhan Islam itu
konstan, dari angka kelahiran dan yang masuk Islam di berbagai negara,
berarti prediksi itu benar, Islam akan menjadi agama nomor satu
terbanyak pemeluknya di dunia, menggeser Kristen menjadi kedua.
World Almanac and Book of Fact, #1 New York Times Bestseller, mencatat
jumlah total umat Islam sedunia tahun 2004 adalah 1,2 milyar lebih
(1.226.403.000), tahun 2007 sudah mencapai 1,5 milyar lebih
(1.522.813.123 jiwa). Ini berarti, dalam 3 tahun, kaum Muslim mengalami
penambahan jumlah sekitar 300 juta orang (sama dengan jumlah umat Islam
yang ada di kawasan Asia Tenggara).
Fenomena di Amerika sendiri sangat menarik. Sangat tidak masuk di
akal pemerintah George Bush dan tokoh-tokoh Amerika, masyarakat Amerika
berbondong-bondong masuk Islam justru setelah peristiwa pemboman World
Trade Center pada 11 September 2001 yang dikenal dengan 9/11 yang sangat
memburukkan citra Islam itu. Pasca 9/11 adalah era pertumbuhan Islam
paling cepat yang tidak pernah ada presedennya dalam sejarah Amerika. 8
juta orang Muslim yang kini ada di Amerika dan 20.000 orang Amerika
masuk Islam setiap tahun setelah pemboman itu. Pernyataan syahadat masuk
Islam terus terjadi di kota-kota Amerika seperti New York, Wahington,
Los Angeles, California, Chicago, Dallas, Texas dan yang lainnya.
Atas fakta inilah, ditambah gelombang masuk Islam di luar Amerika,
seperti di Eropa dan beberapa negara lain, beberapa tokoh Amerika
menyatakan kesimpulannya. The Population Reference Bureau USA Today
sendiri menyimpulkan:
“Moslems are the world fastest growing group.” Hillary Rodham Cinton, istri mantan Presiden Clinton seperti dikutip oleh Los Angeles Times mengatakan,
“Islam is the fastest growing religion in America.” Kemudian, Geraldine Baum mengungkapkan:
“Islam is the fastest growing religion in the country” (Newsday Religion Writer, Newsday).
“Islam is the fastest growing religion in the United States,” kata Ari L. Goldman seperti dikutip New York Times.
Atas daya magnit Islam inilah, pada 19 April 2007, digelar sebuah
konferensi di Middlebury College, Middlebury Vt. untuk mengantisipasi
masa depan Islam di Amerika dengan tajuk
“Is Islam a Trully American religion?”
(Apakah Islam adalah Agama Amerika yang sebenarnya?) menampilkan Prof.
Jane Smith yang banyak menulis buku-buku tentang Islam di Amerika.
Konferensi itu sendiri merupakan seri kuliah tentang Immigrant and
Religion in America. Dari konferensi itu, jelas tergambar bagaimana
keterbukaan masyarakat Amerika menerima sebuah gelombang baru yang tak
terelakkan yaitu Islam yang akan menjadi identitas dominan di negara
super power itu.
Penulis, Dosen UIN SGD Bandung, alumni Southeast Asian Studies, The Australian National University, Canberra.